film"Dua Garis Biru" dengan pesan kritik sosial sebagai objek penelitiannya. Dengan menggunakan metode ini, peneliti ingin mencari tahu kritik- kritik apa saja yang terkandung dalam film " Dua Garis Biru". Analisis yang dilakukan yaitu menggunakan dua tahap. Tahap pertama adalah mencari makna denotasi dihadapifilm Dua Garis Biru dalam memproduksi film berbau edukasi seksual yang dapat diterima dengan baik di masyarakat. Pembahasan mengenai pendidikan seksual di Indonesia masih dianggap tabu. Jika menilik data, pada tahun 2007 data menyebutkan remaja laki-laki lebih banyak melakukan seks pra nikah 3,7% dibandingkan dengan perempuan 1,5%. Malah unsur komedi di film Dua Garis Biru ini layaknya dua sisi mata uang: positif dan negatif. Satu sisi mencairkan suasana dari masalah serius yang ditampilkan sejak awal. Sedangkan, sisi lain malah merusak momen serius yang seharusnya penonton sadari. Seperti, pada adegan kakaknya Bima yang marah-marah karena perbuatan bodoh adiknya. Sinopsisdan trailler film Dua Garis Biru telah rilis di youtube, bahkan trending di youtube, film ini akan tayang 11 Juli 2019. Sinopsis dan trailler film Dua Garis Biru telah rilis di youtube, bahkan trending di youtube, film ini akan tayang 11 Juli 2019. Minggu, 17 Juli 2022; Cari. Network. SusunanKru Film. Membuat film membutuhkan tim yang menangani setiap tugas dari mulai pra produksi hingga post produksi. Dalam postingan sebelumnya yaitu 3 posisi penting dalam pembuatan film telah disebutkan mengenai produser, penulis naskah, dan sutradara. Lalu kru lainnya apa sih yang ada dalam pembuatan film? Beritadan foto terbaru film Dua Garis Biru - Sinopsis Film Dua Garis Biru Tayang di Trans 7 Malam Ini Jam 19.00, Kesalahan Terbesar Bima dan Dara. Jumat, 1 Mei 2020; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; TribunStyle.com; TribunTravel.com; TribunWow.com; . Permasalahan soal pendidikan seks bagi remaja usia dini apalagi hamil di luar nikah menjadi hal yang tabu dibicarakan secara umum dan norma yang berlaku di Indonesia. Konflik yang timbul dari lazimnya dibicarakan secara internal di dalam keluarga dan menjadi bahan gosip bahkan sampai ke penghakiman di lingkungan sekitar. Dalam beberapa kejadian bahkan tak jarang pelakunya dikriminalkan dan dibawa ke ranah hukum. Kini film Dua Garis Biru dengan berani mencoba mengangkat permasalahan keluarga soal hamil di luar nikah pada anak remaja. Film produksi Starvision Plus yang ditulis dan disutradarai oleh sutradara debutan Ginatri S. Noer dan dibintangi oleh Zara JKT48, Angga Yunanda, Cut Mini, Lulu Tobing, Dwi Sasono, Rachel Amanda dan Arswendy Beningswara ini akan rilis pada tanggal 11 Juli 2019. Sinopsis Dara Zara JKT48 dan Bima Angga Yunanda adalah sepasang remaja SMA yang sedang berpacaran. Dara yang pandai dan Bima yang kurang pandai tapi jujur terlihat menggemaskan saat bersama. Semua terasa indah sampai hubungan mereka melangkah terlalu jauh yang menyebabkan Dara hamil. Perasaan berdosa yang menghinggap membuat mereka memutuskan untuk tidak menggugurkan kandungan. Orang tua mereka pun tahu dan pecahlah konflik dimana orang tua Dara Lulu Tobing & Dwi Sasono marah besar dan mengancam melaporkan Bima ke polisi dan menuntut Bima dikeluarkan dari sekolah. Orang tua Bima Cut Mini & Arswendy yang juga kecewa dan syok berusaha membela anaknya dari ancaman orang tua Dara. Konflik yang dialami dan Bima serta kedua keluarga mereka terus berlanjut sampai saat Dara menjalani kehamilan dengan berbagai refleksi dan kompromi yang dilakukan untuk menemukan solusi dari masalah tersebut. Ulasan Tangan dingin Ginatri S. Noer sudah banyak mempengaruhi berbagai film dengan konflik membumi dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Naskah film Keluarga Cemara, Posesif dan Hari Untuk Amanda yang pernah ditulis oleh Gina merupakan beberapa contoh film yang memiliki konflik yang dekat dan umum dalam kehidupan sosial di Indonesia. Dan film Dua Garis Biru diceritakan dengan eksposisi yang detail, lengkap dan penuh pesan kritis soal pentingnya edukasi seks pada remaja. Naskah yang ditulis sendiri oleh Gina dengan dibantu tim penulis Wahana Kreator milik Salman Aristo penulis naskah Laskar Pelangi & Mencari Hilal sebetulnya hanya berkutat di permasalahan Dara dan Bima serta keluarganya dalam menyikapi hamilnya Dara saja. Namun dengan presisi dan detail, naskah film ini menyorot banyak hal dalam durasi 119 menit film. Dari mulai Bima dan Dara mencoba menyelesaikan masalah sendiri, sikap masing-masing orang tua, pembahasan soal masa depan, membahas penyesalan para ibu yang merasa kurang memberikan pendidikan moral yang baik, dll. Semua dikupas dengan eksposisi yang saking emosionalnya terasa eksploitatif memancing air mata. Ini preseden yang sangat baik mengingat film bertema keluarga berpotensi memancing penonton, tetapi seakan menjadi pisau bermata dua karena membuat film terasa panjang dan berpotensi membuat penonton bosan. Dari sisi teknis, kualitas penyutradaraan Gina pun patut diacungi jempol dalam debut filmnya ini. Setiap shot terencana dengan baik dengan satu adegan yang berpotensi menjadi adegan favorit banyak pemerhati film Indonesia, yaitu adegan di UKS yang digarap layaknya seperti drama panggung dengan satu sekuens yang panjang perpaduan dari pergerakan kamera yang apik, pengarahan jempolan dan akting yang menawan. Sinematografi, editing, tata suara, desain produksi dan wardrobe semuanya bekerja maksimal dan memberikan yang terbaik dalam film ini. Acungan jempol untuk penata musik yang memilih lagu-lagu latar yang sesuai dengan mood film. Lagu Jikalau milik Naif pun berperan penting dalam beberapa adegan terutama adegan momen perdamaian antara Dara dengan ibunya. Sementara itu keputusan mendandani karakter Bima yang terlihat sawo kelewat matang patut dipertanyakan. Saya menangkap karena karakter Bima dari keluarga sederhana dan lingkungan rumahnya yang agak kumuh, tapi menjadi persoalan karena warna kulit Bima terlihat tidak konsisten di beberapa adegan. Dari sisi akting, semua pemain bermain di atas rata-rata dalam film ini. Zara Keluarga Cemara di peran besar keduanya terlihat menguasai karakter Dara, Angga Sunyi pun demikian. Tekadnya untuk bertanggung jawab terpancar dari gestur dan matanya yang terasa tulus. Keduanya merupakan aktor-aktor muda berbakat yang patut diperhatikan di masa yang akan datang. Untuk para aktor senior seperti Cut Mini Arisan, Athirah, Dwi Sasono Mengejar Mas-Mas, Sampai Ujung Dunia dan Arswendy Bening Swara Mati Anak, Pintu Terlarang rasanya tidak perlu diragukan lagi kekuatan aktingnya. Cut Mini menjadi yang paling banyak memiliki screentime menunjukkan karakter ibu Bima yang tegas sekaligus sayang pada anak-anaknya dengan sempurna. Sementara Lulu Tobing Aku Ingin Menciummu Sekali Saja dalam film comebacknya setelah lama tidak beraksi di depan kamera memberikan penampilan yang luar biasa. Emosinya nampak nyata dan tidak dibuat-buat, sebuah awal yang baik bagi Lulu untuk membangun karirnya kembali. Peran minim yang dimiliki Rachel Amanda Terlalu Tampan dan Maisha Kanna Kulari Ke Pantai pun terasa berkesan karena keduanya memiliki momen-momen yang baik dalam film. Dibalik berbagai kekurangan dan kelebihannya, sisi naskah yang detail dan penuh pesan kritis nampaknya menjadi keunggulan utama film ini dalam meraih prestasi di berbagai di ajang festival film. Dialog-dialognya banyak yang mengena seperti contohnya pertanyaan Ibu Bima kepada Bima, “Kok, bisa ya kamu begitu. Padahal setiap ada film yang ada adegan ciumannya, mata kamu ibu tutup”, atau saat Dewi Rachel Amanda memarahi Bima “Goblok! Kenapa nggak pakai kondom, nggak googling, hape cuma dipake buat main game aja sih!”. Dialog sehari-hari semacam itu tersebar di dalam film ini dan seakan menyentil’ para penonton. Kesimpulan Akhir Jauh dari kata menggurui, tidak menghakimi dan berusaha sedekat mungkin dengan kehidupan sehari-hari dalam mengangkat persoalan yang sering dianggap tabu di masyarakat, film Dua Garis Biru tampil lugas, kritis dan menyentuh dalam usahanya memberikan pesan dan kesadaran kepada penonton akan pentingnya komunikasi dalam keluarga dan pendidikan seks sejak dini kepada remaja usia sekolah. Film debut karya sutradara Ginatri S. Noer ini adalah sebuah film yang sangat penting ada di khasanah perfilman Indonesia. Note scroll / gulir ke bawah untuk melihat rating penilaian film Review Film Dua Garis Biru 2019 - Eksposisi Kritis Dan Penuh Pesan Pada Konflik Yang Tabu Di Masyarakat “Butuh seumur hidup untuk merencanakan dan menata hidup, dan hanya sedetik pilihan yang salah bisa meruntuhkan semuanya” hal 44 Secara umum, novel ini menceritakan tentang Dara dan Bima yang melakukan hal di luar batas. Akibatnya, mereka harus menanggung segala konsekuensinya, mulai dari berhenti sekolah hingga rencana masa depan yang terancam berantakan. Tak hanya itu, kedua orang tua mereka juga terkena imbasnya. Merasa gagal menjadi orang tua, menghadapi omongan tetangga, dan harus menelan pil pahit bahwa anak kesayangan justru menyalahgunakan kepercayaan yang telah diberikan. Seluruh dampak nyata dari pacaran yang melebihi batas diuraikan dalam novel ini. Harapannya, orang tua dapat memberikan pendidikan seks pada putra putrinya. Remaja pun diharapkan dapat berpikir ulang tentang tindakan mereka, karena segala sesuatu akan mendatangkan banyak dampak, entah itu postif atau negatif. “Tapi Dara sadar, kebebasan juga adalah penjara. Setiap pilihan tidak bebas dari konsekuensi.” hal 25 Dua Garis Biru adalah novel yang dibuat berdasarkan skenario film yang ditulis oleh Gina S. Noer. Tentunya kamu sudah pernah mendengar film ini telah tayang dan mendapatkan komentar positif para penontonnya. Kamu sudah nonton belum? Kalau saya sih belum, hehe. Oleh karena itu, saya beli novelnya. Sepertinya saya akan lebih menikmati kisah Dara dan Bima lewat novel ketimbang film. Membaca novel ini, saya jadi teringat review dari para kritikus film. Saya pikir, seluruh komponen cerita yang ada di film dimasukkan semuanya ke dalam novel. Sebut saja strawberry, ondel-ondel, dan poster reproduksi. Tentu saja, Nik, ini kan adaptasi, hehe. Di kepala saya seperti terputar film Dua Garis Biru, versi imajinasi saya tentunya. Karakter kedua tokoh utama terasa familiar, dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Kepolosan mereka sangat tecermin dari perilaku dan dialog yang dilakukan. Sikap mereka dalam menghadapi masalah juga sesuai dengan umur mereka. Terasa sekali ketakutan mereka ketika Dara ketahuan hamil, ketika mereka berselisih paham, serta saat menghadapi berbagai tekanan dari orang tua. “Bu, maafin Bima ya. Bima berdoa, kalau Bima masuk neraka, Ibu jangan sampai ikut.” hal 180 Saya suka sekali dengan dialog yang dilontarkan setiap tokoh. Kata-katanya selalu mengena dan bermakna. Contohnya adalah dialog Bima pada ibunya yang saya kutip di atas. Betapa polos dan rasa bersalah Bima begitu mengena. Anak yang dianggap tidak pernah serius dalam melakukan berbagai hal, ternyata dapat mengatakan hal menyentuh seperti itu. Selain itu, ada beberapa sindiran yang diselipkan dalam novel ini. “Bapak Bima basa-basi. Ia tahu anaknya, dan sebagian besar anak muda di kampung itu jarang ke masjid. Mungkin hanya saat magrib.” hal 65 “Ia bahkan tidak bisa bertanggung jawab atas tindakannya sendiri. Bagaimana mau bertanggung jawab atas orang lain?” hal 49 “Pada saat seperti itu, biasanya Bima mencari-cari pembenaran mengapa ia merasa sekolah bukan tempat yang nyaman untuknya. Sejujurnya, Bima merasa tidak punya alasan menyenangkan lain untuk berangkat sekolah. Bisa dibilang, ia sekolah karena anak-anak lain juga melakukannya.” hal 9 Meskipun begitu, saya merasa jalannya novel ini terasa sangat cepat. Yah, Dua Garis Biru hanya setebal 208 halaman saja. Saya baca sebentar, masuk klimaks, eh kok sudah selesai aja. Andai saja kehidupan Dara dan Bima selepas mereka memutuskan untuk bersama lebih digali lagi, menurut saya akan lebih menarik. Hal itu sekaligus dapat menjadi pembelajaran pada remaja bahwa menikah bukan hal yang mudah, apalagi menjadi orang tua, bebannya bisa berkali-kali lipat. Mungkin karena novel ini ditulis berdasarkan film, sehingga isinya begitu singkat. Saya sangat memahami bila film menjadi singkat dan padat karena terbatas pada durasi. Harapan saya sih, novel ini benar-benar bisa detail. Dua Garis Biru ini bagus. Saya suka dialognya, penokohannya, amanatnya, alur ceritanya, tapi kok kurang detail saja dan terasa kilat, hehe. Kisah Dara dan Bima diakhiri dengan bijak dan realistis oleh penulis. Yah, saya memaklumi, bahwa masa depan adalah sesuatu yang sangat penting, keberadaan putra mereka juga tak kalah penting. Kedua tokoh ini telah membuat pilihan terbaik untuk masing-masing. Saya cukup puas. “Tidak ada yang paling membunuh selain rasa bersalah dan penyesalan.” hal 56 Saya pikir itu saya review saya tentang novel ini. Kalau menurut kamu bagaimana? Apakah kamu menonton filmnya saja atau novelnya saja, atau malah keduannya? Bagaimana pendapatmu? Bisa loh dituliskan di kolom komentar. Terima kasih sudah membaca. Judul Dua Garis Biru Penulis Lucia Priandarini Cetakan Pertama, 2019 Penerbit Gramedia Pustaka Utama Halaman 208 halaman ISBN 978-602-06-3186-8 Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Film Dua Garis Biru merupakan film yang disutradarai oleh Gina S Noer, film ini menceritakan tentang kisah sepasang anak SMA yang terlibat pergaulan bebas di luar pernikahan. Film ini dibintangi oleh Zara Adhisthy sebagai Dara dan Angga Yunanda sebagai Bima, keduanya merupakan tokoh utama dalam film ini, selain mereka ada beberapa tokoh lain yaitu Lulu Tobing, Cut Mimi, Arswendy Bening, Dwi Sasono, Rachel Amanda, serta beberapa pemeran lainnya. Kisah ini dimulai ketika Bima dan Zara merupakan sepasang kekasih saat masih 1 bersekolah dijenjang SMA, mereka merupakan sepasang kekasih yang terlihat sangat dekat, mereka selalu menghabiskan waktu bersama di sekolah maupun diluar sekolah. Hingga pada suatu ketika mereka melakukan hubungan yang tidak seharusnya di luar pernikahan yang menyebabkan Dara hamil saat masih duduk di bangku SMA. Sejak saat itu hidup Dara dan Bima berubah menjadi kelam, dipenuhi pertengkaran dan pergolakan batin antar tokoh. Dengan berat hati, kedua orang tua mereka menikahkan mereka saat itu,dan Dara pun terpaksa untuk meninggalkan sekolah serta mimpi-mimpinya. Kehidupan mereka setelah menikah tidak berjalan mulus begitu saja, kehidupan mereka masih saja diwarnai konflik, terlebih kebimbangan Dara untuk memberikan hak adopsi buah hatinya atau tidak, ketika keluarga Bima bersikeras untuk merawat anak yang dikandung oleh Dara saat ia lahir, namun keluarga Dara malah menginginkan agar anak itu diberikan hak asuk nya kepada kerabat mereka, dengan alasan jika Dara dan Bima belum cukup mental maupun materi untuk mengurus anak tersebut. Akhirnya ketika anak Dara dan Bima lahir, anak itu pun diasuh oleh Bima dan keluarga, sedangkan Dara dengan berat hati memutuskan untuk meninggalkan Bima dan anaknya dan pergi ke Korea untuk melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda. Film ini sangat menginspirasi banyak orang terutama dapat menjadi pelajaran untuk para remaja, bahwa pergaulan bebas dapat sangat berdampak bagi masa depan. Dalam film ini juga kita dapat mengerti pentingnya peran keluarga terutama orangtua bagi anak-anaknya. Namun, film ini pun banyak menuai kritik di masyarakat karena dianggap terlalu berlebihan dalam menampilkan adegan-adegannya, seperti adegan Dara dan Bima saat sedang melakukan yang tidak seharusnya di tempat tidur, dan ketika melihat adegan kemesraan Dara dan Bima saat sedang di sekolah dianggap terlalu berlebihan. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. By Desti SetyaniDi zaman millenial saat ini Film adalah salah satu hal yang digemari oleh remaja baik wanita ataupun menjadi salah satu hal yang wajib di tonton pada saat waktu banyak sekali film yang mengandung hal tak ini saya akan mengevaluasi tentang Film "Dua Garis Biru".Film Dua Garis Biru adalah film yang ditayangkan pada tanggal 11 Juli 2019. Film ini adalah film yang dibintangi oleh Zara Adisty dan Angga Yunanda. Pada awal muncul film ini banyak orang yang beranggapan bahwa film ini tidak layak ditayangkan,karena mengandung unsur pergaulan karena itu saya coba menonton film ini yang sudah tayang di televisi nasional indonesia dan menurut saya film ini cukup menarik. Dalam Film Dua Garis Biru ini terdapat hal positif dan hal positif dalam film ini menunjukan bahwa keluarga adalah segalanya,dimana peran seorang ibu tidak pernah bisa tergantikan oleh siapapun dan kita sebagai seorang anak harus menghormati keputusan orang tua untuk hal negatif nya mengenai cara pacaran anak zaman sekarang yang tak memberikan jarak kepada pasangannya,bukan hanya itu sebaiknya orang tua melakukan pengawasan lebih banyak terhadap anak menonton film ini saya merasa mendapat ilmu baru tentang hal yang mungkin bisa disebut dengan "sex education" yang dapat membantu saya dan orang banyak agar tidak terjerumus dalam pergaulan karena itu saya sebagai orang yang menyukai menonton film memberi saran kepada para penulis naskah film dan novelis agar membuat film dan buku yang menarik dan memiliki pesan moral yang berguna untuk anak bangsa. Lihat Film Selengkapnya Karya Lucia Priandarini & Gina ini merupakan karya yang mampu memberikan edukasi bagi para remaja yang terlena oleh cinta. Pernah baca novel keren ini? Bagi kamu yang tertarik dengan novel ini kamu perlu membaca resensi novel dua garis biru ini terlebih dahulu. Karena di artikel ini akan dibahas identitas, intrinsik, ekstrinsik juga kelebihan dan kekurangannya. Simak yuk! Identitas Novel Dua Garis Biru Judul NovelDua Garis BiruPenulisLucia Priandarini & Gina halaman208 HalamanUkuran buku13,5×20 cmPenerbitPT Gramedia Pustaka UtamaKategoriDrama RemajaTahun Terbit2019Harga bukuRp. Novel dua garis biru ini memiliki tebal 208 halaman dengan ukuran 13,5×20 cm. Novel ini juga diangkat menjadi sebuah film. Dan tentunya banyak pembelajaran yang kita dapat saat membaca novel tersebut. Kita bisa lihat kekecewaan juga penyesalan dari berbagai sudut pandang. Sehingga menjadikan pentingnya bagi para remaja untuk harus diajarkan mengenai pendidikan seks di usia dini. Sinopsis Novel Dua Garis Biru Novel dua garis biru ini menceritakan Dara yang merupakan seorang anak yang cerdas dan sangat disayangi oleh gurunya. Dan Bima merupakan murid santai yang masa bodoh dengan hidupnya. Mereka menyadari mereka tidaklah sempurna. Tetapi perbedaan justru membuat keduanya bahagia dan menciptakan dunia mereka sendiri. Namun suatu ketika kenyamanan membuat mereka melanggar batas. Satu kesalahan dengan konsekuensi besar yang baru disadari kemudian. Kesalahan yang selamanya akan mengubah kehidupan hanya mereka yang berubah tapi juga orang-orang di sekitar yang disayangi. Di usia 17 tahun, mereka harus memilih memperjuangkan masa depan atau kehidupan lain yang tiba-tiba hadir. Cinta yang sederhana saja nyatanya tak cukup kenyataan dan harapan keluarga membuat Bima dan Dara semakin terdesak ke persimpangan. Apakah mereka siap menjalani bersama atau melangkah pergi ke dua arah yang berbeda? Unsur Intrinsik Novel Dua Garis Biru Dalam sebuah resensi tentunya kita perlu memahami unsur intrinsik yang membangunnya. Sama seperti resensi novel dua garis biru juga memiliki unsur intrinsik, diantaranya yaitu 1. Tema Tema yang diangkat dalam novel dua garis biru ini adalah mengenai pernikahan dini. Penulis mencoba memberitahu kepada kita akan bahayanya dan apa saja yang harus dilakukan saat pasangan muda mudi “kebablasan”. Serta melakukan pernikahan di usia yang masih sangat muda. 2. Tokoh dan Penokohan Berikut ini merupakan beberapa tokoh yang ada di novel dua garis biru, yaitu Dara, merupakan tokoh utama yang merupakan anak yang pintar, kakak yang baik, dan memiliki cita-cita ingin kuliah di Korea. Bima, merupakan tokoh utama yang rajin belajar, mempunyai kemauan yang tinggi untuk mengasuh dan menafkahi anaknya. Puput, Adik Dara, sangat baik hati dan selalu mendukung Bima untuk menjadi orang sukses. Ayah Dara, ia merupakan ayah yang tegas dan bijaksana. Ibu Dara, sebagai ibu dara yang penyabar dan penyayang. Ayah Bima, ayah yang baik dan menyemangati Bima. Ibu Bima, ibu yang sangat pengertian. 3. Alur Alur yang digunakan dalam novel dua garis biru ini menggunakan alur maju. Dimana dari awal hingga akhir cerita diceritakan secara runtut dan berurutan. 4. Latar Waktu Latar waktu yang digunakan dalam novel dua garis biru ini yaitu pagi hari, siang hari dan malam hari. 5. Latar Tempat Latar tempat yang digunakan dalam novel dua garis biru yaitu Rumah Dara, Sekolah, Rumah sakit, dan ruang kelas. 6. Sudut Pandang Sudut pandang yang digunakan dalam novel dua garis biru ini yaitu menggunakan sudut pandang campuran. Dimana ada sudut pandang orang pertama dan orang ketiga. 7. Gaya Bahasa Gaya bahasa yang digunakan dalam novel dua garis biru ini menggunakan gaya bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Serta memiliki makna yang peting untuk dapat diaplikasikan dalam kehidupan. 8. Amanat Amanat yang terkandung dalam novel dua garis biru ini yaitu bahwa pelajaran tentang seks sejak dini harus di lakukan oleh para orang tua kepada anaknya. Agar terhindar dari kejadian-kejadian yang tak diinginkan. Unsur Ekstrinsik Novel Dua Garis Biru Setelah mengetahui beberapa unsur intrinsik kamu juga perlu memahami unsur ekstrinsik, diantaranya yaitu adalah 1. Nilai Sosial Nilai sosial yang terkandung dalam novel dua garis biru ini terlihat dari sikap teman-teman atau sahabat dari Dara. Meskipun Dara sedang di landa musibah namun mereka tidak mencemooh dan terus menyemangati sahabatnya yang tengah tertimpa masalah tersebut. 2. Nilai Moral Nilai moral yang terkandung dalam novel dua garis biru ini yaitu terlihat dari sikap Bima yang mau bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan. 3. Nilai Agama Terlihat dari sikap Bima yang tak pernah lupa untuk melaksanakan sholat 5 waktu meski sedang banyak masalah. Kelebihan Novel Dua Garis Biru Bahasa yang ringan jadi mudah dipahami oleh berbagai kalangan. Mengangkat tema seks edukasi ini penting di baca oleh remaja Banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya. Kekurangan Novel Dua Garis Biru Beberapa alur cerita yang tidak di mengerti Ada beberapa tyfo atau salah ketik Pesan Moral Novel Dua Garis Biru Terakhir dari sebuah resensi novel dua garis biru yaitu pesan moral yang terkandung di dalamnya yaitu bahwa pelajaran tentang seks sejak dini harus di lakukan oleh para orang tua kepada anaknya. Agar terhindar dari kejadian-kejadian yang tak diinginkan.

kelebihan dan kekurangan film dua garis biru